Menyusul setelah Gnome meluncurkan versi 2.10, KDE tidak mau kalah dengan meluncurkan versi 3.4. KDE dan Gnome adalah dua desktop manager yang paling terkenal di lingkungan linux. Hampir sebagian distro-distro besar telah membundel kedua desktop manager ini.
Berita KDE versi 3.4 ini saya liat pertama kali pada salah satu link di freshmeat. Sedikit saya cuplik berita dari official site KDE.
After more than a half year of development the KDE Project is happy to be able to announce a new major release of the award-winning K Desktop Environment. Among the many new features that have been incorporated, the improvements in accessibility are most remarkable.
KDE versi 3.4 hadir dengan beberapa pembenahan disana-sini. Jadi bagi anda yang terbiasa menggunakan KDE mungkin dapat segera mendownloadnya. Namun buat para Gnome Lovers, masa mau tetep nyoba KDE? 🙂
KDE?!
Memang KDE dalam hal user-friendly lebh menggiurkan loh, Bung Dudi, dibanding dengan Gnome. Kayaknya hal yang satu ini mesti diakui 🙂
Saya udah coba KDE 3.4 (tapi yang beta 2) di distro Klax. Bagus memang. Cukup pantas untuk pemakai linux yang demen tampilan manis 😛
Tapi… kadang-kadang kayak bikin kinerja jadi berat. Entah karena yang saya pake distro live-cd dari Slackware itu atau karena KDEnya masih beta (code name: Keinstein).
Meski KDE menarik dengan QT sebagai framework grafisnya lebih unggul sedikit dibanding Gnome… tapi..anyway… udah lekat sama Gnome juga sih 😛
Apalagi bawaan defaultnya emang Gnome di Fedora Core 3 compie saya 😀
Selain itu, kayaknya KDE “terlalu maju” 🙂 Mereka mau ngembangin sayap ke Windows. Memang gak salah, tapi kekonsistenannya di dunia OpenSource kayaknya jadi labil… 🙁 Itu kan takutnya bikin orang malas migrasi ke Linux :|
#1: hahahaha, itu mau cerita tentang KDE atau promosi KDE? berlagak jadi “kompor” KDE ya? :p, tapi gpp, justru itulah ‘indahnya’ dunia Linux, semuanya memiliki kebebasan untuk memilih 🙂
Lah kalo KDE sama Windows lebih user friendly mana?
Makanya pada komentar terdahulu saya bilang kalo user friendly bagi sebagian orang itu relatif. Asumsinya begini: seorang pemula (baca: pemula banget), kalo dari awal dia belajar linux pake KDE, maka ketika dikasih Windows dia akan sedikit bingung dengan struktur menu dan partisi di Windows. Begitu pula sebaliknya.
KDE dan Gnome emang dua desktop manager yang menurut saya paling mapan sampai saat ini, tapi resource memori dan space hdd juga memakan yang paling banyak :(, jadi hanya cocok untuk spesifikasi komputer ‘tinggi’.
Sebenernya kekonsistenan KDE tidak hanya bermasalah ketika akan di porting ke windows. Ketika Qt ketika masuk ke dunia open source pun itu sudah jadi polemik di dunia Open Source kok, coba aja liat http://perens.com/OSD.html