Sore tadi saya berbincang dengan Wandi melalui Yahoo! Messenger.Tidak ada yang menarik, sampai ketika perbincangan mau berakhir Wandi memberikan satu URI yang menarik minat saya untuk dibaca.
Ternyata dalam URI tersebut dinyatakan bahwa Microsoft memberikan hibah software ke beberapa LSM di Indonesia. Hibah software ini disalurkan melalui program sosial Unlimited Potential dengan memberikan software beserta lisensinya kepada organisasi nirlaba yang bergerak di bidang sosial. Jadi LSM yang menerima hibah software ini dapat dipastikan adalah organisasi nirlaba.
Dalam judulnya disebutkan “Satu LSM Berpaling dari Open Source, Microsoft Hibahkan Software ke 18 LSM”. Berpalingnya LSM dari ke open source sebenarnya bukan permasalahan, selama LSM itu masih dapat menanggung pembiayaan aplikasi komersil itu di masa-masa mendatang. Yang menjadi permasalahan jika bantuan itu merupakan salah satu usaha untuk ‘mengikat’ LSM agar memiliki ketergantungan terhadap aplikasi komersil. Jika LSM sudah memiliki ketergantungan maka ada KEMUNGKINAN bantuan itu tidak akan diberikan lagi secara gratis, namun haruslah berbayar. Jika kondisi seperti ini terjadi, maka hitung-hitungan bisnis dan sumbangan menjadi bias bentuknya.
Terlepas dari niatan Microsoft memberikan bantuan tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran open source sebenarnya bisa lebih mengirit pembiayaan bagi LSM ataupun UKM di bidang teknologi informasi. Hal ini berbanding terbalik jika LSM atau UKM menggunakan aplikasi komersil. Lalu apa sebenarnya yang melatarbelakangi LSM atau UKM berpaling dari open source ke aplikasi komersil? sampai saat ini saya masih belum mendapatkan jawaban yang pasti. Menurut saya justru seharusnya LSM ataupun UKM sudah harus mulai untuk berpaling ke aplikasi open source bukan terjadi sebaliknya seperti sekarang ini terjadi.
Salah satu kutipan dari detik yang menurut saya patut dipertanyakan adalah :
Menurut Eddy Bahfen, Manajer ICT4D, sebelum ini mereka sempat menggunakan Open Source. Namun kini ICT4D beralih ke software Microsoft. “Tadinya kami pakai Open Source. Linux untuk login server (ini mungkin maksudnya otentikasi server kali ya?) dan mail server. Tapi setelah bertemu dengan Microsoft, semenjak ada ini (sumbangan software -red.) kami pakai Microsoft,” ujarnya kepada wartawan seusai acara.
Dalam tulisan diatas tegas-tegas dinyatakan bahwa penggunaan aplikasi open source dalam hal ini linux adalah untuk login server dan mail server dan akan digantikan dengan aplikasi dari Microsoft. Sementara pada statement lainnya disebutkan seperti dibawah ini:
…Menurutnya hal itu lebih disebabkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang menjadi target pelatihan ICT4D…
Dalam statement diatas dijelaskan bahwa migrasi aplikasi open source tersebut lebih didasari karena memenuhi kebutuhan masyarakat yang menjadi target pelatihan ICT4D. Sepemahaman saya untuk aplikasi login server dan mail server tidak berhubungan secara langsung dengan masyarakat, sehingga tidak perlu di migrasi ke aplikasi komersil. Bahkan seharusnya sudah ada hitung-hitungan yang baik untuk mempertimbangkan reabilitas, fleksibilitas dan stabilitas kedua aplikasi ini sebelum di migrasi ke aplikasi komersil. Apakah memang aplikasi komersil yang menggantikan lebih layak untuk menggantikannya?
Ada banyak solusi ataupun tulisan mengenai migrasi aplikasi komersil ke aplikasi open source yang diberikan oleh Budi Rahardjo ataupun I Made Wiryana dalam situs mereka masing-masing dan saya tidak akan menjabarkan semua tulisan tersebut. Bahkan sudah ada salah satu usaha untuk memberikan solusi migrasi dari windows ke linux yang terangkum di sini
Bagaimana menurut anda?
Hmm, gimana ya. ya tidak boleh disalahkan juga sih kenapa LSM pindah ke ‘gratisan hibah’. Bisa jadi ini jgua karena kurang perhitungan. Apa karena LSM tidak punya konsultan IT? sehingga informasi yang diterima tidak seimbang? Atau mereka sudah yakin bahwa vendor-lock-in tidak akan berpengaruh pada kegiatan mereka di masa depan. Semoga saja sudah terpikirkan.. let’s pray so ..
kayaknya ini ada kaitannya dengan hasil riset yg sudah saya posting di blogku.
Microsoft ngadain kampanye besar²an neh. 😀
terlihat, betapa ada LSM yang ga mikir panjang. lha wong katanya berbasis masyarakat kok berpihak ke situ ya? lagian, denger2 SBY ketemu BG ngapain? owh dude! ™
Nggak apa-apa kan sebenarnya? Sepanjang LSM nggak dicampuri visi dan misinya sama Microsoft jadi jauh dari asas LSM itu sendiri. Kan nggak lucu kalo misalnya Walhi tiba2 kampanye legalitas software .. =))
OS apapun yang digunakan… let it be… resiko? konsekuensi masing2 sebanrnya…
kalo itu LSM pake, let’s say, linux.. saya yakin kayaknya yg dilapangan juga bakal susah bung Dudi.. penyesuaiannya itu loh…
#1: yang ditekankan sebenarnya itu karena gratisannya atau karena kebutuhan ya itu LSM pada ngotot? apalagi untuk aplikasi server seperti mail server dan login server? itu kan gak ada korelasi dengan masyarakat secara langsung
#2: udah aku trackback ya kesana 🙂
#3: itu LSM seneng gratisan ndi, jadi norak™
#4: alex, kalo anda baca secara cermat kan jelas bahwa yang saya permasalahkan itu penggunaan aplikasi login server dan mail server yang dulunya pake linux sekarang diganti pake aplikasi komersil. Sedangkan alasan mereka karena masyarakat menurut saya kurang tepat, sebab aplikasi login server dan mail server tidak berhubungan langsung dengan masyarakat. Lain lagi mungkin jika untuk aplikasi desktop.
#5 saya nanggap kok :d alasannya itu “demi masyarakat” emang gak bisa dipertanggung-jawabkan. saya memang bicara tentang desktopnya… mesti di-migrate step-by-step buat ngenalin produk open source terutama dari desktop.
konsekuensinya, ya seperti yg bung dudi katakan… suatu saat jika sudah begitu dalam terperangkap dalam prope… ini, well… itu resiko LSM yang bersangkutan 🙂
kami pernah dari komunitas fisika nawarkan penggunaan linux di SMU2 pra bencana… dan ada yang menanyakan; enak mana sama M$? =))
image bahwa M$ itu memasyarakat memang digeneralisir jadinya. M$ is easy to use.. namun jarang ada yang mau melihat ke depannya.
Dan lagi… LSM2 begini saya lihat juga bukan bagian atau dekat dengan, maaf meminjam istilah Donny BU, “Sekte IT”.. jadi mungkin gak begitu tanggap ttg hal begini. take the funding and… let’s use it for free… mungkin itu saja gampangnya bagi mereka 😀
»» Don't Touch Me ««
sebenarnya kalau bicara “GRATIS” semua kita yg fansnya open source juga ‘maunya’ gratis ?? jadi tidak peduli produknya dong. Jadi yang seimbang dong komentarnya, selama gratis, commercial software kek, open source kek, memangnya ada masalah ?? Anda yang ngomong gratis pasti juga mau kalau Microsoft berikan softwarenya cuma2 =))
Ngomong2 saya juga cek sendiri ke LSM tersebut (Eddy Bahfen sebagai project managernya) – karena juga jurnalis, ternyata mereka masih menggunakan open source koq untuk aplikasi server mereka, dan yang didonasikan oleh Microsoft itu untuk alikasi desktop mereka koq…ayolah jangan jadi bangsa yang payah yang hanya bisa mengkritik tapi tidak mengerti substansinya…salam dari saya penggemar Open Source berat….
#8: Masalah hibah dari Microsoft ya jelas harus diterima dong, rugi kalo gak diterima :), maksud saya jangan sampai akhirnya nanti LSM-LSM tersebut jadi bergantung. Karena untuk tahap selanjutnya pasti Microsoft tidak akan memberikan lagi produknya secara gratis. Anda percaya untuk tahap selanjutnya jika ada versi baru atau upgrade Microsoft akan memberikan gratis lagi?
Inti tulisan saya adalah ‘jangan sampai LSM akhirnya nanti bergantung ke Microsoft karena hibah tersebut, sedangkan masih ada dunia open source yang sangat mungkin membantu LSM dalam bekerja’
BTW, acuan tulisan saya diatas mengacu dari detikinet bahwa yang di migrasi adalah login server dan mail server dan menurut saya itu tidak termasuk kategori aplikasi desktop. Lha anda bilang hibah itu digunakan untuk aplikasi desktop. Mana yang benar nih? Coba baca juga komentar saya di nomer #5. Disitu jelas-jelas saya sebutkan bahwa “…Lain lagi jika untuk aplikasi desktop”