Lama rasanya saya gak nulis di blog ini 😀
Bukan karena sibuk atau sesuatu hal, tapi memang keinginan untuk menulis seperti sedang terjun bebas 😀
Beberapa bulan terakhir ini saya mencoba berbagai “mainan” baru, mulai dari ngoprek PS2 dan linux, PSP dengan Custom Firmwarenya atau gonta-ganti ROM untuk smartphone Android, semuanya sebenarnya layak ditulis, tapi lagi-lagi virus malas berhasil mengalahkan kemauan saya untuk menulis :p
Dan 2 bulan terakhir ini saya dengan beberapa kawan dari AirPutih lagi ngoprek (kalo gak boleh dibilang riset) OpenBTS.
Apa sih OpenBTS itu?
OpenBTS adalah aplikasi BTS (Base Transceiver Station) yang berjalan pada platform linux dan merupakan perangkat lunak terbuka. OpenBTS menggunakan sebuah perangkat keras yang bernama USRP (Universal Software Radio Peripheral). Perangkat inilah yang menghubungkan openBTS dengan jaringan standar telepon selular (GSM). OpenBTS juga menggunakan perangkat lunak terbuka asterisk untuk menginterkoneksikan dengan jaringan telepon lainnya seperti PSTN (Public Switched Telephone Network) ataupun operator telekomunikasi lainnya dengan menggunakan VoIP (Voice over IP).
Riset ini sebenarnya sudah direncanakan sejak lama, namun karena biaya yang dibutuhkan cukup besar, sehingga teman-teman di AirPutih harus bersabar untuk bisa melakukan riset ini. Riset ini membutuhkan biaya pada kisaran angka 10-15 juta rupiah. Perangkat yang paling mahal adalah sebuah perangkat keras yang bernama USRP (Universal Software Radio Peripheral). Biaya ini kami dapatkan dari beberapa donasi lembaga dan perorangan pada saat terjadi bencana gempa & tsunami di Mentawai.
Rencananya setiap tahapan riset ini akan dipublikasikan di Make It Fossible, saat tulisan ini dibuat baru ada 3 tulisan di sana, pelan-pelan kami akan tambahkan beberapa tulisan di sana :). Selain di sana, beberapa tulisan dan oprekan OpenBTS bisa diintip di wiki milik kang Onno.
Terus buat apa OpenBTS ini?
Rencananya sih, kalau memungkinkan, teman-teman di AirPutih berkeinginan untuk menerapkan ini di wilayah bencana. karena dari pengamatan AirPutih, pada saat terjadi bencana (khususnya gempa bumi) sering sekali telekomunikasi suara (selular) tidak berfungsi dengan baik (kalo gak boleh dibilang mati). Hal ini bisa disebabkan tower/BTS yang rubuh, tidak adanya pasokan listrik atau juga karena gangguan telekomunikasi lainnya. Dan menurut kami, OpenBTS bisa jadi alternatif telekomunikasi darurat di wilayah bencana.
Ah, detailnya silakan intip di Make It Fossible aja.
Oh iya, perkembangan ngopreknya sampai dengan saat ini adalah antar telpon selular sudah dapat terhubung di dalam internal network OpenBTS dan saat ini kami sedang usahakan untuk terhubung ke PSTN/GSM melalui operator VoIP yang sudah memiliki ijin ITKP (Internet Telephony untuk Keperluan Publik).
Pertamax!!! akhirnya jadi blogger lagi ya mas heker!!!
Lanjut Dud, semangat terus.. Lama gak kesini, nyambang aja..
gak perasaan kok, dud. memang sudah lama. haha.
#2: ya pantes aja kalo jarang ke sini, kan gak ada yg layak di liat :))
#3: hahaha… lama banget, pribadi.or.id kayaknya punya isi baru-baru lagi nih :)
Saya kok merasa ini kurang ada gunanya. Alasan anda akan kegagalan system GSM komersial di area bencana :
1.Hal ini bisa disebabkan tower/BTS yang rubuh,
–> kemampuan logistik anda untuk menegakkan tower yang cukup capable untuk komunikasi dalam radius 10km rasanya akan kalah dengan provider komersial. Lagipula kemampuan utama GSM adalah mesh network, tidak single tower saja. Anda mampu membawa 10 tower ke daerah bencana?
2. tidak adanya pasokan listrik
–> lha berarti anda juga tidak mendapat listrik toh? Misalkan anda bawa genset, anda harus bangun OpenBTS juga. Sementara provider komersial tinggal pasang Genset doang.
3. atau juga karena gangguan telekomunikasi lainnya.
–> komunikasi baru berguna kalo itu bisa terbuka ke mana saja. Komunikasi lokal tidak cukup berguna, dan kalo sampai interkoneksi ke luar terganggu, mestinya anda juga terganggu.
4. Dan menurut kami, OpenBTS bisa jadi alternatif telekomunikasi darurat di wilayah bencana.
–> mestinya yang dibangun adalah komunikasi yang tidak mengandalkan centralized infrastructure. Radio amatir misalkan. Ada prosedur seperti ARES : http://en.wikipedia.org/wiki/Amateur_radio_emergency_communications
Saran saya jangan sampai kenikmatan bermain dengan research sampai membuat lupa sisi praktis di lapangan.
mas dedhi,
sepertinya praktis di lapangan justru gak sesulit seperti yang mas dedhi bayangkan. sederhananya gini:
0. Di wilayah bencana biasanya relawan dan pengungsi tersentral dalam satu tempat dan biasanya di tempat itu kami selalu dirikan media center.
1. Di dalam media center biasanya ada radio amatir, koneksi internet, sms gateway (web based) dan nantinya openbts. Atau kadang tidak dalam satu tempat, namun lokasinya tidak berjauhan.
2. komunikasi lokal masih dibutuhkan apalagi kalau terpisah wilayah untuk koordinasi distribusi bantuan
3. Bayangan kami openbts ini cukup gunakan satu tower kecil (untuk coverage area 200-300 meter) maka sudah bisa memfasilitasi bbrp user (pengungsi dan relawan) untuk bergantian mengirim dan menerima telpon.
4. pasokan listrik biasanya sudah ada di media center melalui genset dan daya yg dibutuhkan openbts tidak terlalu besar.
5. Selain itu media center AirPutih biasanya bekerjasama dengan RAPI atau ORARI untuk alternatif telekomunikasi.
Intinya sih, Openbts ini diterapkan guna memberikan alternatif telekomunikasi selain dari yang sudah ada dan kami implementasikan. hal ini perlu dilakukan, karena terkadang HP adalah perangkat yang paling banyak tersedia di wilayah bencana dibandingkan perangkat komunikasi lainnya.
oh iya, dan tujuannya memang tidak “big” kok (tidak untuk memiliki coverage area spt operator komersial), tapi lebih mengarah kepada memfasilitasi dan kalo bisa sih, bisa jadi penetrasi agar operator komersial dan bantuan bisa segera masuk ke wilayah bencana.
lama…emang dah lama banget, ga ada update di blog ini, kirain malah dah ga ada neh blog :D
Thx infonya….
ketoke bisa diimplimentasikan untuk menghidupkan radio orong-orong 466 berganti menjadi telpon celuler orong-orong iku bos…
#9: koti, hahahaha.. iya radio paket orong-orong dan gsm orong-orong :))
Mas Dudi Gunardi..bisa gak OpenBTS ini dijadikan sebagai Tugas Akhir soalnya saya pingin banget bisa membuat OpenBTS walaupun terbilang cukup mahal sich…
#11: Ali, secara prinsip bisa, cuma harus punya perangkat USRP terlebih dahulu dan perangkat ini cukup mahal (sekitar 15 juta).
Coba kontak ictwatch.com, katanya mereka memfasilitasi OpenBTS untuk skripsi.
Teknologi ini sangat bermanfaat jika semakin banyak daerah yg mengaplikasikannya. cuma sayang terkadang operator besar seakan tidak senang dengan pengembangan teknologi murah biaya ini.
Sangat bermanfaat sekali informasinya, di tunggu info selanjutnya, terimakasih ..
nice info..
gan..
ane mahasiswa tingkat akhir mau buat skripsi tentang open bts.kira” apa judul yang tepat buat proposal skripsi saya gan?mohon bantuan gan :(
#16: OpenBTS sebagai alternatif telekomunikasi selular pada wilayah bencana.