Seperti apa kira-kira telekomunikasi Indonesia di masa mendatang? itu pertanyaan yang ada dalam hati kecil saya ketika membaca berita di detik.
Basuki Yusuf Iskandar selaku Dirjen Postel mengatakan bahwa sedang mengkaji kemungkinan Number Portability. Lalu apa sebenarnya yang menguntungkan dari Number Portability ini? Budi Putra menjelaskan melalui blognya sebagai berikut :
Industri seluler Indonesia akan segera menganut prinsip Number Portability. Nomor telepon seluler yang sudah dibeli konsumen akan menjadi miliknya selamanya kendati telah berpindah operator layanan seluler. Kebijakan ini akan membuat operator semakin meningkatkan kualitas layanan mereka dan konsumen akan jadi “raja†dan “ratuâ€.
Jadi tak ada lagi ceritanya operator asyik berjualan nomor perdana…
🙂
Menarik memang, tapi seperti yang diutarakan oleh Dirjen Postel di Koran Tempo, kemungkinan besar kebijakan ini paling cepat baru bisa diimplementasikan 5-10 tahun lagi terhitung dari sekarang.
Nah, sekarang timbul pertanyaan bagi saya. Mungkinkah Number Portability ini terealisasi dengan mudah? kok sepertinya sulit untuk terealisasi dengan mudah ya? Kenapa saya berani bilang begitu? karena ini melibatkan banyak operator dan tentunya ada kepentingan bisnis didalamnya.
Dalam blog Pujiono saya sempat katakan, bahwa Number Portability ini bisa jadi sebagai goal terakhir dari bisnis telekomunikasi di Indonesia, tapi saya juga sempat singgung bahwa ada sebelum hal itu terealisasi akan ada sharing infrastruktur. Simpel-nya begini:
Misal. Saat ini Indonesia ada berapa operator selular sih? 5? 10?
Kita gunakan asumsi sederhana saja, satu operator selular butuh berapa BTS untuk memperkuat signal jaringannya dalam satu kota? Kita ambil contoh, misalnya Kota Malang. Apakah 50, 75 atau 100 BTS cukup? kita ambil angka minimal, taruh kata 50 BTS. Berarti kalau ada 10 operator, akan ada 500 BTS di Kota Malang. Nah, apa yang terjadi? Kota Malang tentunya akan jadi hutan tower/BTS karena banyak operator selular. Dari segi estetika kota tentu ini jadi masalah tersendiri. Ini baru contoh pertama.
Contoh kedua, berapa besar kapasitas / jalur yang digunakan oleh masing-masing operator untuk kota-kota kecil? Tentunya berbeda kan?
Berkaca dari kedua contoh diatas, saya berpendapat bahwa sebelum Number Portability tercapai sepertinya akan dibarengi dengan mergernya beberapa operator dalam menangani infrastruktur. Sharing tower dan sharing bandwidth barangkali merupakan salah satu biaya yang dapat ditekan harganya jika ada penggunaan infrastruktur secara bersama-sama oleh para operator.
Jika sharing tower ataupun sharing bandwidth ini bisa terealisasi maka yang sangat diuntungkan adalah pelanggan. Kenapa bisa begitu? Karena harga bandwidth bisa lebih murah. Harga pulsa yang mahal saat ini pun bisa jadi karena didalamnya termasuk harga perawatan dan pengembangan infrastruktur seperti tower yang disebutkan dalam contoh di atas.
Jadi, menurut saya sebelum Number Portability tercapai akan ada beberapa kemungkinan sebagai berikut :
* Mergernya beberapa operator selular kemudian berganti menjadi nama baru.
* Adanya penggunaan secara bersama infrastruktur telekomunikasi untuk masing-masing operator. Mungkin tower dan bandwidth bisa jadi prioritas yang utama
* Matinya beberapa operator yang tidak dapat bersaing dengan operator-operator besar
Setelah itu tercapai, baru nantinya Number Portability akan di implementasikan. Simpel-nya, ide Number Portability akan ‘memaksa’ para operator untuk saling bekerjasama dan sharing penggunaan infrastruktur.
Kalau memang Number Portability terealisasi. Lalu apa yang bisa dijual oleh para operator? Bukankah saat ini para operator sangat gencar untuk memperluas jaringannya dengan membangun tower di sana-sini? menurut saya ketika penggunaan sharing tower terjadi, maka operator sudah tidak bisa berlomba-lomba lagi dengan infrastruktur. Operator akan lebih konsentrasi dengan content dan layanan. Operator akan berusaha semaksimal mungkin memberikan layanan atau fitur tambahan yang tidak di implementasikan operator lainnya. Singkat kata, pelanggan akan memiliki banyak pilihan operator mana yang paling layak untuk digunakan karena layanan dan fitur tambahannya, bukan karena kejernihan suara, bukan karena kuatnya signal dan bukan karena murahnya pulsa.
Jadi, mari kita lihat sama-sama nasib Satelindo, Telkomsel, XL, Fren, dll beberapa tahun ke depan :))
update:
Ternyata saat saya menulis ini, sudah ada tulisan sejenis di detik 🙂
Pertama! ;;)
XL = Suck!
Hem…:-? kayaknya oke jg tuhh mas, tapi kalo di pandang dari segi bisnis otomatis akan ada jalur pemasaran yang terputus oleh para operator.
sampeyan kok sembarang ngerti seh … ck ck ck ck ck
Sampeyan sendiri pilih operator yang mana mas :-\
#5. Pasti memilih (ex) operator Via donkk …
jangan persulit posisi saya™
#-o pulsa murah plz !,
#Indra
Tolong anda jgn mempersulit posisi saya
5? 10?, di percepat dud.. bisa gak? :))
Jika bisa terealisasi akan sangat menguntungkan untuk konsumen, karena konsumen pasti akan menjadi raja.
Tapi sepertinya itu sulit, karena di negeri ini konsumen sulit sekali menjadi raja. Pasti selalu ada regulasi yang membatasi konsumen.
*halah kok dowo banget sih komenku*
Keruk DUWEK sing AKeh 😀 itulah Prinsip dasar OPERATOR di INDONESIA….
Dan pemerintah yang masih me-WACANA-kan seperti itu kalau nantinya terjadi pergantian KEKUASAAN pasti ada pe-WACANA-an berbeda lagi =))
kalau gitu mari buat perusahaan penyewaan tower…
the.preaxz™ » Blog Archive » Number Portability In Mine
SMP 81, lulus tahun berapa mas?
Duh enaknya kalau begitu. Semoga semua operator bisa berbagai kemampuan. Tapi, sekarang yang memiliki saham sebagian besar operator bukan bangsa kita. Jadi……….:-?
Sharing Tower ==> Penggunaan infrastruktur secara bersama???
Idemu bagus dud, tapi mateni sandang pangane konco2mu. Khususnya yang sekarang ini bekerja di pembangunan infrastruktur telekomunikasi.
Saat ini di tempat kerjaku, aku juga lagi menangani pekerjaan yang berhubungan dengan site sharing. Secara gagasan memang bagus, tapi penerapan nya tidak semudah yang dibayangkan. Selain aspek teknis (network planning)juga berkaitan dengan politik bisnis masing2 operator, yang membuat site sharing ini tidak mudah.
Dan yang saat ini banyak berjalan adalah colocation antara beberapa operator untuk menempatkan perangkat BTS beserta antenna di tower-tower milik perusahaan penyedia tower. :((:((:))
Sharing Tower ==> Penggunaan infrastruktur secara bersama???
Idemu bagus dud, tapi mateni sandang pangane konco2mu. Khususnya yang sekarang ini bekerja di pembangunan infrastruktur telekomunikasi.:((
Saat ini di tempat kerjaku, aku juga lagi menangani pekerjaan yang berhubungan dengan site sharing. Secara gagasan memang bagus, tapi penerapan nya tidak semudah yang dibayangkan. Selain aspek teknis (khususnya adalah perbedaan network planning masing-masing operator)juga berkaitan dengan politik bisnis masing2 operator, yang membuat site sharing ini tidak mudah.
Dan yang saat ini banyak berjalan adalah colocation antara beberapa operator untuk menempatkan perangkat BTS beserta antenna di tower-tower milik perusahaan penyedia tower.Tapi ini lebih diakibatkan keterpaksaan, dikarenakan tidak ada lagi lahan yang sesuai dengan keinginan mereka atau karena aturan Pemda yang mengharuskan seperti itu(seperti terjadi di Batam dan kemungkinan Jakarta akan menyusulnya)
#16: peng, sebenernya yang aku tulis bukan gagasan, tapi opini. Ngeliat “mimpi” Number Portability, memang pada akhirnya akan memaksa para operator akan saling berlomba untuk memperluas area/cakupannya salah satunya ya melalui penambahan tower.
Dan spt kamu bilang, penambahan tower ini akan bermasalah di Pemda (kemungkinan karena terkait dengan tata ruang dan estetika kota). Akhirnya ya mau gak mau harus ada sharing tower. Entah itu dimodali oleh salah satu operator atau salah satu penyedia tower.
Intinya? ya pasti akan ada mekanisme tertentu yang “memaksa” sharing infrastruktur sebelum Number Portability tercapai. Ini udah pasti, karena ini udah masuk wilayah bisnis.
opininya bagus bung, tapi itu teralalu jauh untuk di terapkam di negeri ini
AKU NGELIH KI…!! ONO SING AREP NJAJAKE ORA YOO ??? 😀
urus wetenge sik lagi iso mikir….kekekekek 😀
mas, sharing tower ya nggak gampang lho. Malah justru menurut saya, sharing tower itu malah membuat operator yang kalah bersaing dengan operator besar (dng promo yg kuat) di tower yang sama, akan lama lama mati juga. Jadi operator yang akan sewa ke tower sharing akan berfikir seribu kali, apakah mereka bisa compete nggak dengan operator yang sudah sewa duluan, kalau nggak mereka pasti nggak mau sewa kesitu. Selain itu dng adanya number portability, memaksa operator untuk terus memberikan promo yang menarik, dimana lama lama revenue operator juga berkurang , dampaknya tentu operator akan terus menekan yang punya tower untuk terus turun harga.
kalo ada sharing tower saya akan menjadi vendor.BEP nya cepat cuma 5thn.pihak telcos sewa 10thn.5thn lg untungnya,
pihak pemda sangat berperan untuk mengeluarkan regulasi karena untuk estetika infrastructure.