Catatan Perjalanan Lintas Timur Sumatera

Sumatera

Mudik. Satu kata yang selalu jadi perbincangan saya dan teman-teman di Banda Aceh setiap jelang lebaran. Begitu juga lebaran kemarin, lebaran tahun ketiga saya dan teman-teman di Banda Aceh.

Seperti yang disampaikan Aries, ada banyak yang harus kami pertimbangkan ketika memutuskan untuk mudik, mulai dari urusan jadwal kerja, tanggal penerbangan, lama mudik dan tentunya biaya mudik. Jika tahun-tahun sebelumnya kami mudik menggunakan pesawat, maka lebaran kemarin kami menggunakan mobil.

Satu bulan sebelum lebaran, keputusan mudik menggunakan mobil merupakan keputusan final, apalagi harga tiket pesawat pada saat itu melambung tinggi, tentunya ini semakin membulatkan tekad kami untuk mudik melalui jalan darat. Mobil Kijang Innova juga sudah mulai dipesan untuk disewa terhitung sejak tanggal 20 September 2008 s/d 20 Oktober 2008. Jalur mudik pun sudah kami rancang, perjalanan mudik akan ditempuh melalui Lintas Timur (Banda Aceh – Medan – Pekan Baru – Jambi – Palembang – Lampung – Jakarta – Semarang – Ponorogo – Malang). Sementara waktu kembali ke banda Aceh akan melalui Lintas Barat Sumatera.

Beberapa informasi jalur mudik mulai dikumpulkan oleh Chikung. Saya juga ikutan searching berbekal google dengan menggunakan keyword “jalur mudik”, “peta mudik”, “lintas sumatera” dan berbagai keyword lainnya.

Selain dari internet, saya juga mendapatkan peta telkomsel siaga Lintas Sumatera dari Abe. Tenkyu Abe, peta dari kamu sangat membantu selama perjalanan :). Selain peta telkomsel kami juga membawa sketsa Lintas Sumatera yang disusun oleh Ir. Mulyadi pegawai PUSRI Palembang.

Kami pun juga mendapatkan pinjaman Garmin Nuvi dari Hendri. Peta dari MapSource yang terpasang di GPS sangat membantu kami selama perjalanan, sehingga kami tidak pernah kesasar. Kalaupun kesasar paling hanya 100-200 meter dari persimpangan karena GPS langsung menunjukkan informasi ketika kami keluar dari jalur utama -saat perjalanan balik petanya kami ganti dengan peta dari navigasi.net.

Garmin Nuvi
Garmin Nuvi Series 600

21 September 2008

Rencananya perjalanan akan dimulai sejak subuh, namun ternyata masih harus masuk bengkel karena ada kerusakan kecil yang harus diperbaiki. Akhirnya kami meninggalkan Banda Aceh sekitar pukul 8.30 WIB. Diperkirakan sampai di Kota Medan sekitar pukul 20.00 atau pukul 21.00.

Sekitar pukul 18.00 kami berhenti di sekitar Langkat untuk berbuka puasa. Perjalanan dilanjutkan kembali dan kami sampai di Medan sekitar pukul 21.30. Chikung yang sudah paham jalan di Kota Medan langsung mengarahkan mobil ke salah satu penginapan. Semuanya langsung beristirahat karena besok pagi harus melanjutkan perjalanan kembali.

22 September 2008

Sekitar pukul 04.00 WIB kami bangun untuk sahur. Setelah sholat subuh, kami memutuskan check out dari hotel dan langsung melanjutkan perjalanan, namun sebelumnya kami mengarahkan mobil untuk masuk bengkel guna memperbaiki bunyi decit cakram rem. Seingat saya, kami meninggalkan kota Medan sekitar pukul 08.00 WIB. Tujuan perjalanan hari ini adalah Kota Pekan Baru.


Rute Medan – Pekan Baru adalah rute terpanjang selama perjalanan Lintas Timur Sumatera. Rute ini pun merupakan rute yang paling membosankan karena di kiri kanan jalan hanya dipenuhi oleh perkebunan kelapa sawit, selain itu kondisi jalan pun banyak sekali yang rusak akibatnya mobil pun tidak bisa dipacu dengan kecepatan tinggi. Tidur selama di perjalanan pun rasanya tidak nyenyak, karena sang supir seperti kesetanan nyetirnya :))

Perjalanan Medan - Pekan Baru
Ruas Jalan di Riau

Satu hal yang saya amati selama perjalanan dan terlihat khas ketika memasuki wilayah Propinsi Riau adalah tambang minyak/gas. Ya. Riau memang salah satu propinsi yang kaya akan sumber daya alam minyak dan gas. Salah satunya adalah Duri.

Tambang Minyak di Riau
Tambang Minyak di Riau

Dari arah Medan, Duri merupakan pintu gerbang sebelum memasuki kota Pekan Baru. Kotanya tidak terlalu besar, tapi sepertinya banyak sekali pendatang disini :). Komentar saya untuk kota ini: ceweknya cantik-cantik! :D. Untuk memberi kesempatan buat Aries dan Otong yang harus berbuka puasa, maka kami berhenti untuk makan disini. *Yang puasa dapet pahala, yang gak puasa dapet makan dan minum di siang hari*

Kami sampai di Pekan Baru sekitar pukul 23.00 WIB. Wowor, salah satu rekan saya di Impala Unibraw kebetulan bekerja disini. Akhirnya kami beristirahat di kontrakan Wowor. Kami cuma punya waktu istirahat yang pendek, yaitu dari pukul 00.00 sampai dengan pukul 04.00 WIB. *Masiyo gak posoan sing penting lak melok sahur sek rek*.

23 September 2008

Pukul 05.00 kami sudah siap untuk melanjutkan perjalanan. Target kota yang akan dicapai hari ini adalah Palembang. Sebelum Palembang sebenarnya ada Jambi, tapi kami memutuskan Jambi hanya akan kami lewati. Kami akan bermalam di Palembang.

Hampir mirip seperti jalur Medan – Pekan Baru maka perjalanan dari Pekan Baru – Jambi banyak melewati perkebunan kelapa sawit, hanya saja jalan Pekan Baru – Jambi masih terbilang mulus jika dibandingkan Medan – Pekan Baru.


Perkebunan Sawit
Perkebunan Sawit Riau-Jambi

Kami sampai di Kota Jambi sekitar pukul 14.00. Kota ini tidak kami singgahi, mobil langsung diarahkan untuk menuju ke Palembang. Memasuki hari ketiga perjalanan, sepertinya rasa bosan sudah mulai menghinggapi kami. Kami seperti berlomba-lomba dengan waktu dan ingin cepat sampai ke tempat tujuan. Begitu juga ketika perjalanan menuju Palembang.

Jambi
Selamat Datang di Jambi!

Jika melihat dari peta sebenarnya jarak Jambi ke Palembang seperti dekat, faktanya kami baru memasuki kota Palembang sekitar pukul 22.00 WIB. Di Palembang saya sempatkan telpon Uwik -orang Palembang yang sekarang tinggal di Malang-. Saya pun akhirnya bertanya ke Uwik tempat makan mpek-mpek yang enak di Kota Palembang. Uwik menyarankan saya untuk mencari Restoran Sumatera.

Restoran Sumatera mungkin merupakan salah satu perwakilan restoran di Palembang yang menjual mpek-mpek dalam berbagai paket. Mpek-mpek di Palembang terbiasa dijual dalam bentuk paket dan harganya pun bervariasi, mulai dari harga 50 ribu hingga ratusan ribu. Isi mpek-mpek pun bermacam-macam seperti kapal selam, lenjer, dan yang lainnya.


Yang menarik, mpek-mpek ini juga bisa tahan lama dan bisa dikirim ke luar Kota Palembang. Agar mpek-mpek tidak bau dan tidak busuk selama perjalanan maka mpek-mpek akan dilumuri tepung terigu. Dengan cara seperti itu mpek-mpek akan bertahan selama 3 hari. Dan disarankan jika akan dimasak ada baiknya dicuci terlebih dahulu untuk membersihkan terigu dari mpek-mpek tersebut.

Selesai makan mpek-mpek, kami langsung mencari hotel dan langsung beristirahat. Kami berencana akan berangkat pagi hari besok untuk menuju Jakarta.

24 September 2008

Molor! itu yang terjadi di pagi hari. Sepertinya semalam merupakan waktu istirahat yang benar-benar nyenyak. Kami baru meninggalkan Palembang sekitar pukul 08.30 WIB setelah sarapan pagi di Mc Donald. Target hari ini adalah sampai ke Bakauheni, kemudian melakukan penyebrangan ke Merak dan langsung ke Jakarta.

Tidak seperti kota lain yang kami lewati, Palembang bisa dibilang kota yang cukup besar. Pagi hari di Palembang hampir mirip seperti Jakarta, kami disapa oleh kemacetan. Lalu lintas pun padat. Jembatan Ampera, salah satu maskot Kota Palembang sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan.


Satu hal yang saya ingat dari Palembang. Kotanya bersih! sedikit sekali sampah terlihat di Kota ini. Sepertinya pasukan kuning selalu bekerja keras untuk membersihkan kota :).

Jembatan Ampera
Jembatan Ampera di Palembang

Perjalanan untuk keluar Kota Palembang dilalui dengan perjuangan menghindari kemacetan, belum lagi jalan yang terbilang kecil untuk ukuran jalan lintas provinsi. Aneh juga, selama perjalanan keluar kota Palembang jalanan sempit dibeberapa titik.

Kami mengira salah jalan, tapi GPS menunjukkan bahwa arah yang kami tuju sudah benar. Perjalanan 60-70 km keluar Kota Palembang jalanan padat, sehingga memakan waktu hampir 2-3 jam. Kami sempat berhenti sebentar di depan pintu masuk wisata Teluk Gelam untuk membeli makanan ringan.

Teluk Gelam
Daerah Wisata Teluk Gelam di Palembang

Setelah daerah wisata Teluk Gelam jalanan kembali lebar. Sehingga mobil bisa dipacu pada kecepatan tinggi. Menjelang masuk Kota Bandar Lampung, kami mengambil jalur sebelah kiri, melewati Metro dan Way Kambas untuk langsung menuju Bakauheni. Ini merupakan jalan baru, sehingga mobil dapat dipacu diatas 100 km/jam.


Satu hal menarik selama perjalanan di wilayah timur Lampung adalah banyaknya pura. Sepertinya banyak sekali warga sekitar yang beragama Hindu. Usut punya usut, memang sebagian besar di wilayah ini ada banyak transmigran asal Pulau Bali. Itu sebabnya daerah yang kami lewati bernama Kampung Bali :).

Kampung Bali
Pura di Kampung Bali, Lampung

Kami sampai di Bakauheni sekitar pukul 16.00 WIB. Beruntung tidak ada antrian yang panjang untuk masuk ke kapal. Bahkan kami langsung bisa naik ke atas kapal. Dan sangat beruntung bisa menyebrang pada saat jelang maghrib, karena kami berkesempatan melihat sunset :).

Sunset di Kapal
Sunset Selama Penyeberangan

Cewek Kapal
Aslinya cuma mau nunjukin foto cewek aja 😀

Penyeberangan berlangsung selama 2 jam dan selama di atas kapal terasa sangat menyenangkan karena kami bisa cuci mata melihat para penumpang yang berkeliaran 😀 *itu yg sebelah kiri udah paling maksimal banget* =)) dan tentunya sambil ngopi walaupun belum waktunya berbuka puasa.

Ngopi di Kapal
Ngopi di Kapal Sambil Cuci Mata

Kapal mulai merapat ke Pelabuhan Merak sekitar pukul 18.00 dan kami langsung meneruskan perjalanan ke Jakarta melalui jalan tol dan sampai di Tebet sekitar pukul 21.00 WIB.


Secara umum dari perjalanan Lintas Timur Sumatera ada beberapa hal yang bisa disimpulkan:

  1. Pemandangan terkesan monoton, selama perjalanan hampir sebagian besar didominasi oleh perkebunan kelapa sawit.
  2. Beberapa ruas jalan ada yang rusak, khususnya rute Medan – Pekan Baru.
  3. Lintas Timur termasuk jalur yang cukup padat dan cenderung aman karena banyak melalui kota-kota kecil
  4. Jika takut dan belum kenal daerah, disarankan maksimal berhenti sekitar pukul 23.00 WIB.
  5. Perlu perhitungan waktu yang cermat dari kota ke kota lainnya, untuk menghindari kemalaman di tengah jalan.
  6. Jika bulan puasa dan anda tidak berpuasa, siapkan makanan ringan dan minuman kaleng selama rute Banda Aceh – Medan. Karena semua warung makan tutup di Aceh selama bulan puasa 😀

Untuk perjalanan balik ke Banda Aceh saya tulis nanti aja ah, ini aja udah banyak banget 😀

73 thoughts on “Catatan Perjalanan Lintas Timur Sumatera

  1. #3: oyi sam, trip yang menyenangkan sekaligus membosankan :D. kalo disuruh lagi aku sakjane gelem tapi dengan waktu yang lebih panjang dan sekalian jalan-jalan. hehehe

    #4: halah.. itu ilusi foto. jangan terjebak dengan yang ada di foto 😀

  2. ternyata sepanjang pulau Sumatra ini kok ga menemukan makanan yang menarik selera ya, kecuali pempek Palembang. kesannya : BIASA SAJA.

  3. #7: oyi tok. jalur barat pun ada beberapa alternatif. nanti kalo aku udah sempet nulis catatan perjalanan lintas barat baru bisa diliat.

    #8: masalahnya pas makan mpek-mpek itu kita udah terlalu malem ceng. coba kalo misalnya sekitar jam 7-8 udah di palembang, pasti kita bisa milih resto yang sediakan mpek mpek.

    #10: hehehehe.. aku malah belum sempet nyicipin sama sekali mpek-mpek itu. bahkan waktu di resto pas di palembang aku juga gak sempet pesen 😀

  4. Track log nya mana boss..
    Kok ga dishare sekalian. Biar pas, antara yg diceritain dengan kenyataan sebenarnya.
    Diceritain nya; berangkat pagi, sholat subuh, buka puasa, beli oleh-oleh..lha mampir ke tempat lainnya mana?? 😀

  5. berdasarkan pengamatan saya, ada kasus menarik. yakni hilangnya catatan antara jam 23.00 sampai jam 04.00 di setiap kota. di manakah Anda semua berada saat itu?

  6. #13: bos ngepot, sayangnya garmin nuvi yang dipasang itu gak memiliki fitur track log. jadi semua track yang kita lalui gak tersimpan.

    #14: antara jam 23.00 s/d 04.00 itu ya waktunya istirahat lah, lelah di perjalanan. butuh waktu buat meregangkan otot *pijet*

    #15: makanya nuz.. dicobalah sekali-kali… 😀

  7. ooohh.. lan-jalan ta’iye…
    Gawe GPS barang, mbok takok tukang becak/ojek ae po’o… *sirik ra nduwe GPS* ;-p

  8. mantap kali ah perjalanannya,,

    andaikan ada kreta api trans-sumatra seperti di pulau satu lagi itu yang konon kabarnya saat ini malah mau bikin jalan Tol dari ujung ke ujung..

  9. Kami sdh beberapa kali melintasi Jalintim, tapi naek bis, namanya bis Pelangi, berhari-hari di jalan, lumayan capek. Itu mobil berangkatnya dari Banda Aceh sampai ke Bandung, kami berangkat dari Duri sekitar jam 8:00 pagi, sampai di Bandung dua hari kemudian, jam 6:00 pagi juga. Kalo bawa anak istri.. waduh kasian, mendingan pake pesawat aja deh hehehe… Karena mobil umum, itu mobil jalan terus siang malam, jadi gak sempat lihat pemandangan di waktu malam. Jam 12 siang sampai di Pekan Baru, trus jam 12 malam di Jambi, besok paginya di Palembang. Tengah malam baru naek ferry di Bakauheni, subuh di Jakarta dan ketika matahari mulai muncul masuk dah ke Bandung… lumayan capek booo…. Oh ya, barangkali ini satu-satunya bus (PO. Pelangi), yang disetop sama polisi di Bakauheni, beberapa orang polisi bertubuh tegap naik ke dalam bis, memeriksa dan menanyai semua penumpang. Di luar sekitar enam orang memeriksa bagasi. Hmm.. mungkin karena mobil dari Aceh, ya. Dua atau tiga ekor anjing herder sibuk juga tuh ngendus-ngendusin barang-barang penumpang, termasuk tas-tas bawaan kami. Untung nggak dibongkar, karena isinya memang baju-baju doang. Itu pengalaman dua taun yang lalu… terakhir beberapa bulan yang lalu dari Bandung pakai bis yang sama, tapi dari arah sebaliknya, Bandung ke Duri. Perjalanan panjang kembali kami tempuh, berhari-hari baru nyampai di kota kecil nan kaya minyak ini. Kalo punya duit enakan naik pesawat sih… Perjalanannya emang monoton, jalannya lurus-lurus, sawit melulu, atau kalau nggak kebon karet. Kalo pake mobil pribadi, dari Duri aku milih lewat Bangkinang terus ke Padang, kemudian terus ke Bengkulu via pesisir barat, di situ pemandangannya asyik sekali. Pantai,hutan, gunung… asli dan sunyi pula. Walaupun sempat juga kita melewati perkebunan sawit yang panjangnya puluhan kilo meter yang cenderung membosankan. Kalo nggak salah daerah itu sudah memasuki provinsi Bengkulu. Tapi itu pun kalo mau nyantai, alias nggak ada yang dikejar.

  10. 20 desember 2008

    Saya Bikers Pulsarian Community 724 KALIBER akan adakan turing Jelajah NUSANTARA BROTHERHOOD Start BEKASI – KM NOL PULAU WE

    Route Bekasi-Lampung-Palembang-Jambi-Pekanbaru-Medan-Lhokseumawe-Banda Aceh-Pulau We Pp

    Mohon saran dan petunjuk tentang:
    *Kondisi trek saat ini musim hujan.
    *Mana saja trek aman dan trek yang tidak aman dilalui dimalam hari.
    *POM bensin sepanjang jalan yang dilalui apakah tersedia PERTAMAX.

    Sementara ini dulu bro…. saya tunggu info dari bro…. Terimakasih

  11. #22:
    wah ternyata mas nanang lebih gila dari saya. pake motor mau ke pulau weh 🙂

    1. seperti saya jelaskan kondisi jalan rusak ada di antara pekanbaru – medan. berhati-hatilah disini, banyak jalanan berlubang, apalagi kalau musim hujan. lubang sering tergenang air. jalur lain terbilang aman dan mulus
    2. secara umum lintas timur terbilang aman, cocok untuk dilalui malam hari. trek terpanjang kota ke kota ada pada jalur pekanbaru – medan. total perjalananan menggunakan mobil sekitar 16-18 jam. Motor mungkin akan lebih dari itu? perhitungkan waktu start dan finish dari pekanbaru ke medan.
    3. saya kurang perhatikan pada saat perjalanan apakah ada pertamax atau tidak, namun lintas timur cukup berlimpah dengan premium jika dibandingkan lintas barat.
    4. saran aja. kalo mau bermalam ada baiknya di palembang, pekan baru dan medan.
    5. boleh mampir ke tempat saya kalo udah sampe di Banda Aceh, nanti saya kenalkan temen yang juga hobi touring 🙂

    gutlak mas! 🙂

  12. Bro..
    Sampai saat ini saya masih analisa route Dari segi keamanan-jarak lebih dekat-karena single turing saya hanya 10 hari Bekasi-Pulau We.pp

    Bro..
    Route–> 1.Lampung-Kotaagung-Manak-Bengkulu-Padang-Meulaboh-Banda Aceh.
    2. Lampung-Palembang-Jambi-Solok-Pekanbaru-Medan-Langsa-Banda Aceh.
    3. Lampung-Palembang-Jambi-langsung Pekanbaru-Medan-Langsa-Banda Aceh.

    Bro..
    I wait your info—->Nanang UP—Pulsarian 724 COMMUNITY PRA KALIBER BEKASI—>081315311197

    thanx,s

  13. #24, mas nanang.

    jalur nomor 1 (lampung – kota agung – manna – bengkulu – padang – meulaboh – banda aceh).

    ini jalur yang tidak saya rekomendasikan. alasannya sederhana:

    – pom bensin sangat minim, kalaupun ada cuma bensin eceran
    – sepi dan jauh dari keramaian, jarak perkampungan agak jauh
    – jalanan banyak yang rusak. rata-rata belum mengalami perbaikan, di beberapa tempat lebar jalan juga bukan standar lintas propinsi.

    perjalanan saya balik ke banda aceh kemarin adalah

    Lampung – Kota Agung – Manna – Bengkulu – MukoMuko – Padang – Bukit Tinggi – Danau Toba – Medan – Langsa – Banda Aceh.

    Route nomor 2 saya belum tau jalur Jambi-Solok, tapi berdasar info yang saya terima banyak sekali jalan yang rusak.

    Dari 3 alternatif yang mas nanang tulis. saya rekomendasi ke nomor 3 (Lampung-Palembang-Jambi-langsung Pekanbaru-Medan-Langsa-Banda Aceh). total perjalanan pp maksimal 8 hari (bisa dikebut jadi 6 hari pp). masih ada waktu 2-4 hari buat di Sabang dan di Banda Aceh.

  14. ada yang kelupaan.

    lama perjalanan bekasi-banda aceh saya asumsikan 4 hari dengan catatan, lama perjalanan perhari berkisar 12-16 jam dan tidak memperhitungkan berhenti karena hal lain seperti misalnya hujan, ban bocor, dll.

    coba mas anang liat sketsa lintas sumatera, coba aja hitung-hitung jarak terpendek itu melalui jalan yang mana.

    atau mungkin mau coba jalur tengah? sayangnya saya belum pernah coba 😀

  15. #27: hallo jo. nangdi ae ora tau muncul. yak opo kabarmu jo?

    sori banget aku ora nduwe peta brastagi dan kutacane. ate nang kutacane ta? kapan bo ate marani aku nang banda aceh? 🙂

  16. ada yg bs kasih ifo gak brp harga tiket feri bakauheni – merak untuk mobil dng 3 penumpang?

  17. Saya juga pernah melakukan perjalanan Jakarta – Medan membawa mobil sendiri (Sedan Corona 2.0 tahun 1992). Kebetulan saat itu belum punya anak, sehingga hanya saya dan istri saya.
    Saat itu adalah mudik lebaran tahun 2006.
    Start dari Jakarta jam 05.00, dengan mengisi full tank bensin, sehabis sahur. Dengan harapan sampai di Merak jam 06.00 dan tidak banyak antrian. Tapi ternyata saya salah perhitungan, sesampai di Merak jam 06.00 dan antrian sudah sangat panjang sekali. Sangat lama saya mengantri, hingga bisa naik ke kapal jam 15.00. Berarti 9 jam mengantri di Merak. Dan ini sangat fatal, karena antri di siang hari yang panas dan diluar prediksi, sehingga kecapaian disini. Baru sampai di Bakaheuni sekitar jam 18.00. Langsung meluncur ke arah Lampung dan sekitar jam 20.00 baru makan (buka puasa) di Rumah Makan Begadang III, lalu lanjut lagi ke arah Lintas Timur, namun di pukul 21.30 banyak para pemudik yang menginap di hotel/penginapan sekitar Bandar Jaya, sehingga kami memutuskan juga untuk istrirahat disini, mungkin karena sudah kecapean di Meraknya. Biaya penginapannya hanya 75.000 semalam.
    Besok shubuhnya, setelah sahur, jam 05.15 kami melanjutkan perjalanan, isi bensin lagi untuk memenuhkan tangki, kebetulan banyak yang juga melanjutkan perjalanan ke utara Sumatera dari penginapan tersebut, sehingga kelihatan seolah olah konvoi. Namun perlahan-lahan kembali terpisah. Perjalanan Lintas Timur dari Termanggi Besar hingga Tugu Mulyo, banyak lobang sehingga sulit untuk melaju dengan cepat. Namun setelah melewati Tugu Mulyo, perjalanan sudah mulai membaik, sehingga bisa lari hingga 90 km/jam. Tanpa berhenti kami sampai di Palembang sekitar jam 14.00. Kebetulan ada Saudara, kita istirahat sebentar, dan melanjutkan perjalanan ke Jambi jam 17.00, isi bensin sekitar 30 liter dari full 40 liter. Saat itu perjalanan Palembang – Jambi sedang banyak lubangnya, sehingga kami baru sampai di Jambi sekitar jam 23.00.
    Di Jambi, saya berlebaran dirumah orangtua saya hingga lebaran ke-3, dan jam 07.00 mulai start melanjutkan perjalanan ke Medan ke tempat mertua saya, dengan menuju Pekan Baru terlebih dahulu. Perjalanan Jambi – Pekan Baru banyak jalan yang rusak, apalagi dengan kondisi mobil saya yang rendah (sedan), sampai di Pekan Baru sekitar jam 18.00 dan menginap di sini hingga besok shubuh. Karena masih suasana lebaran, agak susah mencari restoran yang buka, termasuk mencari sarapan.
    Pada jam 06.00 setelah berkeliling kota Pekan Baru mencari sarapan, akhirnya kita menuju ke Medan. Dan perjalanan didominasi dengan kebun sawit, dan di Pekan Baru – Duri banyak lobang yang sangat besar, hati hati jika melewati jalur ini. Tidak hanya sebatas Duri, jalur Duri – Perbatasan Sumatera Utara-Riau juga banyak lobang ditengah jalan. Namun setelah masuk ke Sumatera Utara, jalan lumayan mulus, namun pemandangan hanya kebun sawit batas mata memandang. Namun karena semangat mudiknya masih tinggi, masalah ini tidak menjadi ganjalan. Hingga akhirnya pukul 21.00 memasuki kota Medan. Dan badan terasa meriang, mungkin karena kecapean + merokok selama perjalanan + minum yang dingin-dingin + suasana yang sangat panas. Sempat sakit 1 hari.
    Ini perjalanan saya yang sangat berkesan, karena didalam mobil cuma ada saya dan istri saya, dengan kondisi mobil yang cukup tua. Namun ini tidak membuat kami jera. Kemungkinan tahun ini, kami mudik ke Medan lagi namun sudah mobil keluaran teranyar, hehehe dan jeep lagi…

    Selamat menikmati perjalanan Lintas Timur Sumatera..

  18. buat bro gusti…wow nekat juga jalan cuman berdua, rencana saya lebaran taun ini juga mo mudik ke sumbar lewat lintas timur. Jalan relatif lebih aman karena byk perkampungan penduduk. Sebelum Jambi masuk Tempino belok kiri masuk ke lintas tengah. Memang mudik ke sumatera lebih mengasikkan drpd ke jawa. Tantangan ituloh yg membuat kita gak kapok untuk kesana.

  19. Saya jg pernah sktr januari 2009 bw ambulance jenis panther dari jkt ke banda aceh lintas tengah rutenya bakauheni lampung lahat lubuk linggau sarolangun padang padang sidempuan tarutung d toba p siantar medan langsa dan banda aceh..kondisi jalan ckp bagus…lamanya sktr 4 hari..kalo lintas timur yg kurang bagus antara medan pk baru,mbl sy sempat terbalik di tikungan harmoko sktr 100 km sebelum jambi kr tikungannya tajam dan menurun dan tengah mlm kr teman sy yg bawa mulai ngantuk…kalau perkembangan terakhir sy dari jkt ke palembang naik profit (mobil dealer) di merak ongkos 100rb.naik di dpn rm sinar minang sebelah terminal,atau dari pom bensin tol karang tengah jg bisa,bahkan ada jg yg arah jambi,padang,pekan baru,medan, bahkan ke banda aceh..lumayan cepat..sy naik profit dari merak j 20,tiba di bakauheni j 22.15 lanjut lwt timur tugu mulyo.tiba di palembang j 6 pagi..jalan relatif bagus mulai dari bakauheni-lampung-bandar jaya-menggala-tugu mulyo-sumsel

  20. Wah.. Jalur Tengah sudah dua kali bolak-balik aku tempuh dengan Kijang Inova. AKhir tahun ini saya mau coba Jalur Lintas Timur dari Jakarta menuju Kota Padangsidempuan/Tapanuli Selatan.

    Sayangnya juga yah.. tidak ada didata jarak tempuhnya dan rata-rata per kilometer berapa gitu he.aha.a.a.

  21. Tulisan dan pengalaman yang sangat bagus..

    Kalau masih ada catatannya, berapa km total lintas timur dan lintas barat dari Banda Aceh sampai ke Jakarta?

    Mohon informasinya..

    terima kasih..

    ps: kalau mau lihat ekspedisi 92 pulau terluar Indonesia yg dilakukan teman teman Wanadri et al.. http://www.92pulau.com

  22. #35 & 36: ya. sayangnya saya gak mencatat km dari kota ke kota. tapi kalo sampeyan berdua punya gps, saya sarankan ambil peta dari navigasi.net. mungkin bisa dihitung dari peta itu.

  23. 4 bulan ke depan kami mo ke medan pakai xenia, cuma berdua. banyak rampok gak ya kalau jl malam hari, kami pingin lewat jalur timur. kira2 berapa banyak bensin yg harus dikonsumsi. mohon pencerahannya. thx

  24. #38: mas artanto, kalau jalur timur terbilang aman untuk malam hari. tapi disarankan lebih baik berhenti sebelum jam 11 malam, karena kita gak tau kondisi jalan saat ini apakah bagus atau tidak.

    perhitungkan juga jarak dari kota ke kota. sehingga tidak akan kemalaman di jalan.

    waduh kalau bensin saya lupa hitung mas, tapi yang jelas pasti lebih dari 1 juta untuk jakarta – aceh dengan menggunakan kijang innova.

  25. mas bsk tgl 18 juni mau lintas sumatra pake luxio boleh minta advis utk jalur timurnya apakah aman! thx alot

  26. #41: mbak yati. lintas timur bisa terbilang aman dan jika ada kendala dengan kendaraan sudah banyak bengkel. berbeda dengan jalur barat.

    selamat melintasi jalur timur sumatra! jangan lupa pasang sabuk pengaman dan hati-hati di jalan.

  27. wauw sangat menyenangkan ya mas dudi, saya jadi kepingin ke aceh saya searching di web perjalanan sangat menantang dan memacu adrenalin yuph…. oh ya mas, ada Facebook mungkin banyak hal yang ingin saya ketahui untuk jalur sumatera.

  28. artanto, ada rombongan convoy jakarta – bukit tinggi – prapat – siantar – medan, bisa berangkat tgl 05 september 2010 jam 17.00 apel di merak, buka di ferry. yang mau gabung, bisa langsung contact : 08159120195. Thanks.

  29. Bos, itu fotonya di daerah Lirik bukan di duri. Duri operatornya sekarang Chevron (dulu Caltex) kl Lirik Pertamina.
    Duri lirik jauh bos 5 jam an lah.

  30. #47: bos ruben, thanks atas koreksinya. saya sendiri sudah lupa itu dimana, tapi yang jelas memang di wilayah riau banyak sekali tambang gas/minyak. sehingga salah satu foto itu saya ambil untuk sebagai contoh.

    anyway, thanks!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This is not spam