Januari 2009 merupakan tahun ketiga saya di Kota Banda Aceh. Selama tiga tahun disini ada tiga hal yang menurut saya paling menyedihkan. Nah inilah dia tiga hal tersebut:
- Lalu lintas
Berhati-hatilah jika berada di persimpangan, apalagi ketika lampu sedang hijau. Ada baiknya menengok ke sekeliling dulu sebelum kendaraan dijalankan. Kenapa bisa begitu? sebab pengalaman membuktikan terkadang dari arah yang tidak diduga masih ada kendaraan yang melintas dengan mendadak. Hal ini pernah saya sampaikan di tulisan saya Banda Aceh – Nagan Raya. - Air
Air merupakan salah satu hal yang penting di Banda Aceh. Kenapa bisa penting? Karena air tanah dangkal di Banda Aceh sudah terkomintasi oleh resapan air laut. Sehingga belum layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Air galon merupakan pilihan minum sehari-hari, sementara untuk mandi bisa menggunakan air PDAM atau air tanah. Yang menyebalkan, di tempat saya PDAM digunakan untuk mengisi bak kamar mandi. - Listrik
Dari dua hal diatas, yang paling menyedihkan adalah listrik. Kenapa listrik? sebab kalau listrik mati, otomatis beberapa persimpangan pun lampu merahnya mati akibatnya lalu lintas tambah kacau. Selain itu, karena listrik mati otomatis air PDAM juga tidak bisa disedot oleh mesin pompa air di tempat saya.
Dan itu bukan mengada-ada, tapi kisah nyata. Beberapa bulan yang lalu kejadian serupa terulang lagi karena salah satu mesin diesel pembangkit listriknya habis terbakar.
2 tahun yang lalu saya pernah menuliskan tentang Banda Aceh Gelap Gulita. Salah satu sebabnya listrik sering mati karena Aceh belum memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air seperti Karangkates atau Jatiluhur. Kalaupun ada biasanya berupa PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) seperti yang ada di Krueng Kala hasil kerjasama antara Coca-Cola, Ibeka dan Nurani Dunia.
Itu sebabnya jika listrik mati dalam hitungan hari, maka lengkaplah sudah penderitaan saya. Udah susah mandi, susah boker, lalu lintas semrawut dan yang paling penting koneksi internet jadi macet.
Ketika posting ini ditulis, air PDAM di Banda Aceh sudah hampir 2 minggu tidak mengalir. Dan selama 2 minggu ini saya punya ritual baru setiap pagi hari yaitu naik sepeda motor bersama Chikung ke kantor Yayasan AirPutih untuk menumpang mandi disana.
BTW, kalo mandi digantikan tayamum sih masih bisa. Tapi kalo boker masa mau ngotot dibersihin pake tayamum? aduh plis deh… atau kayak bule pake tisu? wahahahaha gak banget deh…
owalah… air.. air…
jadi di Banda Aceh sering kayak gitu ya…
sama dunk kayak di Meulaboh
hadoh sedih banget nya keadaadn kampung gw….
jadi di Banda Aceh sering kayak gitu ya…
semoga pemerintah bisa mendengar dan menindak lanjuti….
Berarti orang aceh kurang di siplin dalam belalu lintas ya? Nda salah dunk klo di kasih sunami.. Bis orangnya dah Semrawut gitu… Dah kena sunami, gak da listrik, gak da air, msih suka melistas mendadak gak pake aturan… Sadar-sadar nyok…
Salam kenal, Aceh! Salam damai dari Mojokerto. Saya ikut prihatin, semoga esok lebih baik untuk Aceh.
Salam blogger.
pokonya tetep maju buat serambi mekahn ya indonesia….
biasalah bang, negeri yg habis perang dan bencana alam…enak tinggal dikampung.air melimpah.makan tanam ubi.lampu teplok dah cukuplah hehehe
Aduuhhh kalo masalah listrik seeh di aceh ini,, udah biasa bagi masarakat asli banda aceh kayak aq ini,,, tapi yang bagi ku,, yang paling menyedihkan di kota tercinta ku ini adalah masarakatnya yang tidak pernah mau tau tentang aturan berlalu lintas,, maklumlaaahhh di sekolahannya dulu mungkin gak pernah di ajari tentang rambu rambu lalu lintas kali yaaaa,,, ato pun mkn memang gak pernah sekolah ama sekali yaaa,,,